Menggabungkan teknologi dan bahasa adalah impiannya sejak dulu. Dia ingin membuktikan bahwa dunia bahasa bukan sekedar interpretasi semata. Tetapi butuh inovasi dengan bantuan teknologi. Secara gampangnya, dia ingin kembali belajar soal computational linguistics.
Jarang memang perguruan tinggi yang membuka program ini. Bahkan di beberapa kampus, jurusan ini masuk dalam fakultas informasi dan komputer. Apalagi di Indonesia, studi ini belum ada yang membukanya. Dia mencoba browsing, hasilnya belum memuaskan.
Pilihannya jatuh di salah satu universitas yang dekat dengan White House, Georgetown University. Budayanya membawa hatinya untuk berkuliah di tempat ini. Akan tetapi, dia harus menunggu.
Demi impian yang satu ini, dia mencoba mengikuti seleksi mentorship untuk masuk ke aboard universities. Dia mencoba menyakinkan dengan essay yang ditulisnya. Tidak mudah menuliskan gagasan itu. Hal ini dikarenakan dengan pilihan jurusannya.
Bayangan computational linguistics masih samar-samar. Saat dia kuliah sarjana, mata kuliah ini tidak diajarkan. Terlebih lagi, studi ini sering dikaitkan dengan teknologi infromasi. Padahal, lulusan linguisticspun bisa memasuki bidang ini.
Hasil kerja kerasnya belum membuahkan hasil. Email yang dia terima mengatakan bahwa dia harus banyak belajar. Akan tetapi, dia ingin menjadi Hoya!